Saat Ramadhan, rata-rata umat muslim Indonesia--nota bene 85% dari total populasi--berkumpul bersama keluarga saat sahur dan berbuka puasa. Mereka ingin menikmati kebersamaan menunggu 2 penanda waktu: imsyak dan azan Maghrib. Saya yakin, tidak ada yang mau melewatkan acara buka puasa untuk melepas dahaga dan lapar seharian penuh :) Lalu, apa yang mereka kerjakan saat menunggu? Jawabannya hampir seragam: menonton TV. Jelas ada pula yang beribadah--seperti papa saya, misalnya--tapi mayoritas seperti saya... Ya menonton TV itu :-p. Tentunya, kita menonton agar tidak ngantuk saat sahur, dan tidak terlewat saat buka puasa. Saat-saat seperti itu, 3 - 4 generasi berada didepan TV: cucu, cicit, ayah, ibu, eyang, tante, dsb. Susah bagi TV swasta untuk mencari format acara yang tepat bagi ke-3 generasi ini. Akhirnya, again, rating lah yang menjadi acuannya. Setelah bertahun-tahun mencari format yang berbeda-beda, dari yang sangat mendidik sampai yang bodoh-bodohan, survey rating menunjukkan hasil yang konsisten: Penonton Indonesia sangat gemar melihat acara bodoh-bodohan. What a saddening result. Acara-acara yang favorit disaat 'prime time Ramadhan' itu bentuknya semakin seragam: para pelawak dengan gaya bodoh-bodohan, saling membodoh-bodohi dan quiz yang, sangat disayangkan, tidak bermutu alias bodoh-bodohan juga. Amazingly, dengan menjawab pertanyaan bodoh, peserta quiz bisa memboyong tak kurang dari sebuah hadiah sepeda motor bebek terkini... Again, sebuah langkah bodoh untuk menambah polusi di negeri ini. I'm too skeptical? Mungkin juga. Kenyataannya begitu banyak penonton yang menyenangi acara-acara seperti ini. Siapa yang tidak tergelitik untuk mencoba menjawab pertanyaan multiple choice dari sebuah aksi, misalnya, yang diperagakan oleh pelawak dengan bodoh-bodohan, lalu berhadiah motor bebek :-D
Dulu, kita masih sempat melihat para Ustadz berlomba-lomba memberikan pendidikan agama bagi pemirsa TV--not anymore. Sangat sedikit kesempatan itu dapat terlihat saat 'prime time'. Padahal, acara mendidik tidak hanya harus dengan Ustadz didepan memberikan ceramah... Banyak alternatif program yang lain untuk membangkitkan gairah yang sama. Paling tidak, dengan memberikan quiz yang lebih bermutu dan mendidik. Sangat setuju bahwa stasiun TV butuh sponsor... Oleh sebab itu, sebenarnya the culprit is our growing culture. Dengan kenyataan para anggota DPR dan petinggi lainnya lebih suka berdagelan di rapat2 mereka, pelawak pun semakin senang mencontoh para dewan terhormat ini. At the end of the day, they are both similar... :) no offense, please.
Terus terang saya rindu pada acara-acara yang lebih mendidik. Yang membuat saya tidak merasa useless saat memilih channel di TV. Saya yakin, inilah tantangan bagi para creator acara--produser, creative team dan tentunya petinggi TV swasta--untuk lebih bisa berkreasi dan berani membuat langkah baru bagi pendidikan masyarakat. Ingat, acara ini ditonton oleh seluruh pelosok negeri. Saya sekali lagi tidak menampik kenyataan bahwa 'rating is everything'. Membuat acara yang lucu-lucuan is fine...that's how we can attract the market with. Tapi tentunya lucu-lucuannya perlu lebih smart, dan pertanyaan quiz-nya lebih mendidik. Sitcom kita sudah mulai moving from toyor-toyoran gaya srimulat, ke script-based humor gaya hollywood sitcom. That's a great improvement. Kenapa itu tidak ditularkan ke acara-acara ramadhan?
Tidak semua TV swasta besar, untungnya, yang melakukan hal bodoh-bodohan ini. Masih ada yang merasa bertanggung jawab dan secara creative selalu mencari format baru untuk acara-acara Ramadhan-nya. Angkat topi untuk stasiun tersebut--tanpa bermaksud berpesan sponsor disini, saya salut dengan stasiun berinisial "I" :-)
Well, at last, mari kita sama-sama membentuk smart society di bumi Indonesia tercinta ini. Membuat insan Indonesia yang lebih suka berpikir dan mencari ilmu. Ini tidak hanya tanggung jawab stasiun TV... Ini tanggung jawab kita semua. Majalah, koran, tabloid, radio, internet adalah media-media yang juga memiliki tanggung jawab yang tidak berbeda dengan stasiun TV. Hanya market share mereka memang tidak sebesar TV. Secara individu, kita sebagai anggota masyarakat juga bisa kok membawa society ini kearah yang lebih smart. Caranya? Dengan lebih selektif dalam memilih acara yang ditonton oleh diri sendiri atau keluarga, sehingga rating acara-acara yang lebih mendidik itu menikmati rating yang tinggi pula.
Apa utopia saya? One day I'll post something different in my blog: "Memasyarakatkan Kepintaran, mempintarkan masyarakat". Who knows? ;)
Keterangan foto: salah satu acara Sahur Ramadhan
Dony Yuliardi @ BlackBerry Curve via XL
4 komentar:
dooon...postingannya bikin ngantukkkkk...zzzzzz....
yg seru2 donk don...ttg percintaan loo gituuu...
oiya visit blog gw ya ; http://vayastra.multiply.com
Vari, blog gue emang bukan jadi ajang narsis gue :p that what I want to avoid now. Pengennya buat bagi2 ilmu, pendapat dan pengalaman. Nanti gue buat lebih casual ya... Dan ga panjang2. Biar lebih menarik hehehe. Btw, makasih dah mau baca n kasih komentar. Semoga berguna ya
-dyn
Assalamualaikum,,
Beneran nih kya tepatin janji kya buat kasih komentar tentang blog kakak,,
mumpung si zat yang namanya estrogen lagi ga terlalu menguasai pikiran kya=)
Ini satu2nya artikel kakak yang bisa kya ikutin dengan baik (semoga ya),,yah,selain artikel pertama kakak sih,,hehe
First of all, ada kata2yang mau kya benerin dulu nih:
1. Imsak, bukan imsyak
2. Memintarkan, bukan mempintarkan=)
Tentang artikel kakak yang satu ini kya setuju banget, udah lama banget kya pengen”nyaci”acara2di televisi kita, tapi karena saking banyaknya yang bisa dikritik jadinya kya males nginget2acara apa aja itu,,mending buat nginget yang lain, tul nggak?
Kya paling heran liat fenomena acara yang slogannya”kembali ke L****P,,”(untuk selanjutnya kita sebut EM aja yah)
Heran banget,,kok bisa acara kaya begitu banyak peminatnya??
Jujur waktu awal2acara EM kya sempet ngikutin karena uda malem dan kya Cuma butuh suatu rangsang cahaya biar mata kya jadi capek dan akhirnya bisa dinonaktifkan(baca:tidur),,nah,bertemulah saya pertama kali dengan acara tersebut,,
Yang membuat saya heran adalah, hebat bener ada acara talkshow yang (maaf) pembicaranya adalah seorang artis yang (maaf lagi) dengan tingkat intelektual yang kurang?
Yah, memang tidak ada hukum yang terang2an menyatakan “yang berminat jadi pemandu acara harus ber-IQ minimal 140”, tapi yah,,masa sih kita rela2aja waktu kita habis buat nonton sesuatu yang kita ga tau apakah ada gunanya plus secara kronik progresif selera humor kita berubah jadi rada (again, sorry) kampungan?
Mungkin sesaat ada gunanya tontonan EM itu, let say,,selama beberapa detik kita bisa mengkontraksikan otot2wajah kita, sedikit melupakan masalah yang sedang melanda,dan mungkin secara tidak langsung melatih gerakan2wajah yang jarang kita lakukan (karena stress harian mungkin),,tapi,,that’s it. Ga lebih dari beberapa detik itu.
Belum lagi masalah mengumbar hal-hal yang berbau seksualitas,,yah, begitulah,,kayanya ga oke dibahas disini=)
Jujur, pernah nggak sih nyobain sekaliii aja ngikutin acara itu dan coba cari 1 aja hal baik (ga usah berguna deh, yang baik aja,,baik belum tentu berguna kan?) yang bisa kita dapetin dari 1 episode tersebut,,kalo ada segera kabari saya ya=)berhadiah mug cantik,,
Coba aja deh ikutin arus acaranya,,walo ada laptop sebagai sarana si pemandu acara kembali ke jalurnya, tetap saja semua itu tidak ada gunanya. Hanya formalitas yang toh (sekali lagi) coba anda dengarkan (dengan telinga saja, tidak usah dengan hati) relevansi atau koherensinya. Dijamin tidak ada. Percuma kan mendengarkan pertanyaan yang toh nggak ada jawabannya?? (sebenernya pertanyaannya pasti juga nggak penting sih, tapi at least lebih seneng denger pertanyaan yang ada jawabannya dan nyambung kan?)
Kenyataannya, acara tersebut makin merajalela, bahkan sampai ke Australia (saya yakin sih yang nonton disana mayoritas orang Indonesia, agak meragukan ada orang luar negeri yang punya kelebihan waktu buat nonton acara kaya begitu),,tapi paling nggak itu bukti secara kasar acara itu disukai kan? (pastinya disukai sih, mengingat si pemandu acara mukanya jadi ada dimana-mana)
Nah, sekarang,,menyambung ke tulisan kakak,, jadi sudah jelas kalo sekarang kita semua (baca:rakyat Indonesia) sedang bersama2 mengalami tahap penurunan derajat intelektual (baca:pembodohan masyarakat—dikutip dari dyuliardi.blogspot.com=))
Ibaratnya misalnya ada bandit yang jadi otak semua upaya2ini,,waaahhh,,pasti banditnya uda jago banget deh,,salut!! Gimana engga, komplet banget pemikirannya,,usahanya(baca:usaha pembodohannya,,)
Mulai dari yang jam tayangnya paling banyak,,sinetron,,itu udah ga usah dibahas kali ya(bikin tambah capek),,disusul iklan,,(sumpah banyak banget iklan2yang SANGAT menyesatkan orang awam!!please bersikap lebih kritis!!),,menyusul,,talkshow2,,salah satunya EM (sekedar mengingatkan, setelah EM muncul banyak talkshow2lain dengan benang merah yang sama) mungkin satu-satunya yang ga menyesatkan Cuma berita kali ya?? Itu pun masih bisa dimanipulasi,,hmph,,
Sekarang ngomongin masalah kapan kita mau maju? Ya kapaaaaaaaaaaaaaannn yaaaaaa??so far far away deh,,
Pasti memuakkan juga lah ngeliat hal2yang berbau ilmiah mulu yang ada di televisi (agak merinding juga kan kalo pagi2 isinya berita, trus disusul biografi2ilmuwan, peraih nobel, pembahasan teori2fisika, pembahasan teknologi yang njelimet, kajian2agama secara mendalam, acara2ilmiah/politik/ekonomi/otomotif/yll, ato belajar bahasa asing tertentu,,dll,,dll,,)wuaaaaaaaa serem,,emang ga harus kaya gitu,,tapi acara yang keliatan lah ada BOBOTnya,,
kriteria berbobot? Ya paling nggak ada hal baik yang bisa kita dapetin dari acara itu. Satu aja, ga usah banyak2. Misalnya dari acara R******k M***i di M***O TV(yang membahas tentang para pejabat teras dari Negara tetangga kita, red),kita minimal jadi tau betapa macem-macemnya pemikiran dan kepribadian para pejabat2tersebut,,=) dan tentu kita juga jadi tau kan tanggepan dari masyarakat Indonesia mengenai tingkah laku petinggi negeri tetangga kita itu,,(which is,,silakan isi sendiri deh)
Atau misalnya terlalu jauh/berat ngomongin talkshow,kita ngomongin reality show deh,,saya setuju2aja lho dengan acara K*****n C****a, yang mengulas gimana perjuangan seseorang untuk menyatakan rasa sayang dia dengan cara yang unik,,sangat menarik menurut saya, paling nggak di acara itu saya jadi tau bahwa cara ngungkapin rasa suka itu banyak banget,,dan be sportive! Ga semua yang kita pengenin bisa kita dapetin,,termasuk orang yang kita sayang,,
Menurut saya itu hal baik lho,,
nah, menyambung acara EM tadi, sudah menemukan ada hal baik disana?? Bahwa kita jangan suka mencaci orang gitu??yah,,jangan2 itu satu2nya hal baik yang ada lagi,,(dan sialnya kenapa saya bisa menemukan hal itu!!(>_<)aarrrghh!!!)
Jadi sebenarnya,,BANYAK sekali kesempatan untuk sedikiiit aja mengimbuhkan hal2baik sehingga sebuah tayangan (sinetron, iklan, talkshow, reality show) menjadi berbobot dan pantas diikuti,,makanya kita harus selalu pake otak kita buat mencari, mencari, dan mencari apa yang emang dipengenin masyarakat tapi juga mencerdaskan masyarakat,,kapan lagi sih bisa berbuat baik ama orang?ama orang2se-Indonesia pula? Harusnya pada giat nyari dong,,
Wuahhh,,ternyata lega juga ya habis ngeluarin uneg2tentang tayangan2di Indonesia?? Skrg uda jam23.11 dan kya uda mulai kehabisan ATP(baca:cape),,kayanya kya uda kehabisan ide nih,,
Kalo ada ilham lagi lya kasih komen lagi buat kakak=)
yowes kakakku,,
seeya on the next writing,,
Wassalam
-nikenaliataskya-
Hai Taskya... makasih ya udah mau ngasih komen yang kedua :) really appreciate it. Kamu memang adik yang baik yah heheh
Komentarnya lumayan panjang juga hehehe tapi seru... really shows how you're mad with all of these stuff.
Kadang kerasa jadi dosa juga ngga sih kalo nonton terus sumpah serapah? hehehe... paling ngga, sinetron2 ini mengajarkan kita untuk bersabar dan menahan diri. saat kita ngga mau nonton, mungkin ada orang2 disekitar kita yang pengen banget nonton heheh. Khusus untuk EM, aku kadang suka kok nonton. Bener2 buat melepas stress ajah... mirip sama E****v*****a. mungkin itu sebabnya ditaro jam 10 malem, buat ngelonin tidur heheh... Moralnya? hmmm... mungkin sejelek2nya T***l, dia bisa membawa suasana tidak drifted dan dia bisa tetap be himself. Bahwa ternyata, to be ourselves is more important yah?
btw, emangnya 'memintarkan' yah? sorry dah lupa tuw :D
keep commenting ya... :)
-dyn
Posting Komentar