Jumat, 23 November 2007

Art & Living Brief: Wajah Kota-kota Turis

Saya memang belum pergi seluruh benua yang ada di dunia ini, tapi alhamdulillah, saya sudah mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi beberapa negara baik untuk tujuan pribadi maupun bisnis. Nah, dari pengalaman inilah, saya mau share tentang topik kita sekarang: Kota-kota turis.

Pertanyaan inti dari topik ini adalah: Apakah Jakarta sudah siap menjadi kota turis? Atau mungkin lebih ekstrim lagi... Apakah Jakarta memang akan pernah cocok menjadi kota turis?
Sebuah kolom pembaca majalah Newsweek edisi Oktober 2007 menggelitik pikiran saya. Si pengirim, seorang 'European', begitu kecewa dengan hasil trip dia. Dia baru saja pulang dari Kuala Lumpur dan Beijing, mendapati kedua kota besar itu tidak berbeda satu sama lain... Tidak mempunyai karakter yang cukup untuk menjadi sebuah kota turis. Gedung-gedung bertingkat tinggi, plus mall-mall yang menjual branded products. Huh... Itu sih sangat mudah ditemukan di negeri sendiri. Membosankan. Dia sangat bangga bahwa eropa, walaupun negara-negaranya maju, tetap memiliki karakter berbeda disetiap kotanya. Gedung-gedung tua yang historikal, bangunan-bangunan lama yang simbolik menunjukan karakter kota tersebut, masih terawat dan terjaga dengan baik. It's true.
Saya pernah ke Shenzen dan Kuala Lumpur juga. Dan saya juga pernah ke Eropa. Sebagai turis, saya memang merasakan banget bedanya. Di Shenzen dan KL, saya mudah sekali bosan. Saya bingung harus ke tempat mana yang spesifik, yang bisa membuat sightseeing saya worthwhile. Ternyata sulit lho. Di KL memang ada menara KLCC yang begitu tingginya... But that's all. Saya pernah liat gedung tinggi di Jakarta. Isinya pun hanya mall dengan produk branded kelas atas. Di Jakarta ada. Shezen juga ngga ada bedanya.... Alias sama. Mungkin catch word-nya... Saya ngga dapet 'thrilling moment'-nya, dimana saya biasanya begitu excited melihat gedung yang begitu indah yang sangat beda dengan apa yang pernah saya lihat. Kayak kalo kita ke Bali lah...

Beda dengan Inggris dan Prancis, misalnya. London sangat berkarakter. Ditengah modernitas manusianya, gedung-gedung tua London masih bertahan. Gedung-gedung dengan tembok bata merah jaman Victorian bersanding dengan eloknya disamping gedung-gedung tua bertembok beton tapi berkarakter dengan guratan-guratan ornamen yang artistik, gaya Paris kala Napoleon. Bus dalam kota yang sudah beroperasi sejak 1930-an pun dipertahankan agar menambah nuansa romantis bagi pelancong asing. Sangat indah. Para performer pun menunjukkan bakat yang unik-unik di taman, jalan-jalan kecil... Aaaah andaikan Jakarta bisa punya taman seperti itu :(
Moreover, satu hal yang sangat signifikan untuk menjadi kota yang layak dikunjungi turis adalah fasilitas untuk pejalan kaki. Trotoar yang lebar, transportasi yang cepat dengan jumlah unit yg mencukupi dan papan-papan penunjuk transportasi umum yang informatif--kalo perlu dalam bahasa inggris--membuat turis yang mayoritas pengen menikmati keindahan dengan berjalan kaki menjadi nyaman dan secure.

Nah, sekarang kita liat Jakarta. Gedung2 tua bersejarah semakin banyak yang punah, terutama terkikis dikit demi sedikit oleh abrasi banjir yang datang tiap tahun. Selain itu? Another boring new modern malls... Yang bisa kita dapet di negara manapun. Taman kota sangat sedikit... Kalo pun ada, kotor dan dijajah oleh penjaja makanan liar. Fasilitas pejalan kaki? Much more horrible...
Trotoar sempit-sempit, dan kalaupun ada, sudah dijajah oleh warung2 dan sepeda motor sampai-sampai saya pengen menyarankan pejalan kaki memakai helm saja biar slamat. Motor-motor benar2 asosial. Saya pribadi, lebih takut ditabrak motor daripada mobil. They are reckless, egoistic assholes and have no social value at all by any means... For god's sake :(
Transportasi umum? Sami mawon. Petunjuknya pun ngga lengkap. Mau coba? Silakan cari halte terdekat di rumah atau kantor anda... Foto dan tunjukkan ke saya jika di halte ada petunjuk:
- bus apa saja yang lewat
- rutenya lewat mana aja
- jam berapa kira2 lewatnya
Dijamin 100% ga akan ada deeeeh hehehe :p

So, apakah kita siap jadi kota turis? Pemerintah sedang berusaha ke arah sana. Trotoar diperlebar, transportasi umum dibuat lebih nyaman. Tugas kita? Mendukung kebijaksanaan itu dan mengontrol pak Gubernur baru ini. Kita liat apa pak Fauzi Bowo bisa meneruskan kerja bang yos. So, keep optimistic!!

Have a great weekend!


Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Bro, cerita lu diawal bagus.. diakhir2 tujuan cerita lu keknya jadi bukan satu..kebanyakan curhat elu ttg kondisi transportasi di jakarta hehehe

btw, gud job bro..;)
Lanjut..